Literasi dan Perubahan Generasi Petani
Produsen literasi ( penulis/wartawan/penerbit) perlu membuat banyak buku tentang “keren beken” menjadi petani
Produsen literasi ( penulis/wartawan/penerbit) perlu membuat banyak buku tentang “keren beken” menjadi petani
Kecukupan pangan manusia menentukan peradaban. Di baliknya ada budidaya yang menentukan kebudayaan, dan pembibitan merupakan pilar dasar kebudayaan
Anak perempuan dipandang sebagai beban karena itu harus cepat dinikahkan. Anak laki-laki dipandang sebagai aset tenaga kerja, karena itu jangan sekolah yang jauh supaya tetap bisa membantu bapak di rumah
BOSAN dengan isu-isu kelas tinggi, yang muter-muter seputar kekuasaan. Kita kembali saja ke desa, ke persoalan yang lebih nyata
Bekas galian batu alam ini masih menyisakan pesona alam yang elok rupawan. Letaknya sekitar 5 km dari Lapas Sukamiskin Kota Bandung. Naas…
Ke arah visi peradaban,bergerak praksis mengubah keadaan” OLEH FAIZ MANSHUR. Ketua Yayasan Odesa Indonesia,Bandung. Setiap usaha pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) itu harus dimulai dengan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM). Tanpa memperbaiki manusia, kita tidak mungkin memperbaiki keadaan alam. Kecerdasan dan kesadaran manusia terhadap alam harus tepat demi keberlangsungan hidup yang lebih baik. Remaja di
OLEH Ir. DIDIK HARJOGI M.Eng, Koordinator Amal Sosial Yayasan Odesa Indonesia, Bandung. “Saya ingin bakti sosial di desa. Soalnya kebiasaan kami di kota hanya bisa menyalurkan lewat Panti Asuhan, dan seringkali saya menemukan Panti Asuhan sudah over bantuan,” kata seorang calon donatur yang awal bulan Ramadhan lalu menghubungi penulis. Beramal di desa menjadi pilihan baru.
Berikut ini adalah rangkuman kami dari lapangan. Bertemu setiap waktu dengan petani-petani (atau lebih tepatnya kaum buruh tani) dalam rentang setahun di perdesaan kawasan Bandung Utara, khususnya Kecamatan Cimenyan
OLEH: HERRY DIM. Seniman, Pengamat Kebudayaan, Penulis, tinggal di Cibolerang, Bandung. Kosakata radikal, radikalis, radikalisme, terutama akhir-akhir ini, kian kerap kita dengar/baca. Secara umum diartikan aksi kekerasan atas nama agama, intoleran, seperti potongan berita berikut ini: “Potensi aksi radikal atau kekerasan atas nama agama masih tinggi di Indonesia. Sebanyak 11 juta warga negara Indonesia berpotensi